12 Apr 2010

Buku eh buku.

Kemarin seusai menjalani sebuah interview di salah satu stasiun televisi Jakarta, saya memutuskan untuk tidak langsung pulang ke rumah. Gramedia Matraman adalah tujuan saya berikutnya. Lagi penasaran sama buku-buku baru yang mungkin saja ada beberapa yang bisa saya bawa pulang ke rumah.

Siang itu cuaca cukup menyengat kulit, tetapi jelas tidak mengurungkan niat saya untuk kesana. Sambil jalan-jalan naek busway bak bintang video klip, saya menikmati kisruhnya jalanan sepanjang Gelora Bung Karno-Matraman ..ciee..gaya deh ah. Sesampainya disana, saya langsung membaur dengan pengunjung lainnya yang sebagian dari mereka sedang asyik masyuk dengan buku yang mereka cari.

Ada beberapa buku yang sempat saya pegang dan menimang-nimangnya dalam gengaman, sambil berpikir buku yang mana ya yang terlebih dahulu akan saya beli. Sepatu merah dengan judul block heart? atau The Naked traveller 2nya mba Trinity? atau novel lepas lainnya yang saya lupa judulnya apa. Bingung sebingung-bingungnya. Kenapa bingung? melihat kondisi keuangan yang cukup memprihatinkan, memaksa saya untuk membeli satu atau dua buku saja T_T.

Setelah melihat kembali sinopsis yang ada di balik buku masing-masing, tangan saya dengan cekatan meraih buku Sita Karina dengan judul "Pesan dari Bintang" dan bergegas menuju kasir. Bahaya kalo tengak tengok kebelakang lagi hehehe n_n. Well..saya baru tahu, ternyata bukan hanya sebagai penyanyi yang tergabung bersama RIda dan Dewi dalam RSD, Sita juga bekerja sebagai penulis di salah satu majalah group ternama MRA. Info, buku ini juga masuk ke dalam list buku terlaris loh, jadi ga sabar pengen baca bukunya.

Tapi..tumben, sampe hari ke-3 saya belum selesai dengan buku ini. Biasanya sehari cukup untuk membaca satu novel yang ga terlalu tebal seperti buku Sita. Entah karena mood yang belakangan naek turun, buku ini ga sukses bikin saya kembali menjadi nona drama queen 3 babak. Biasa deh wanita, setiap baca buku yang menye-menye dikit langsung melow india-india gitu deh hehehe. Eh tapi bisa saja klimaks buku ini terletak di beberapa lembar terakhir, yang menurut saya akan saya temukan di beberapa hari kedepan. Tumben ya baca bukunya niat ga niat gini.

Aniwei, menurut pendapat saya yang masih tergolong baru dalam dunia tulis menulis. Membuat sebuah cerita seperti layaknya novel, chicklit atau apapun itu namanya jelas bukan hal yang mudah. Jelas di butuhkan imajinasi yang tidak terputus, detail-detail yang ga di sangka seperti contohnya si ini sodaranya anu, si anu kawin sama ini, ini doyan makan anu, anunya ikutan makan anu..eeh ko jadi anu menganu sih ah hehehe. Belum lagi perjuangan pas ketemu sama rasa "males" untuk ngelarin satu cerita. Butuh keahlian untuk menghilangkan si "males" agar cerita berakhir dengan sukses dan siap untuk diterbitkan.
Makanya, saya ga berani menjudge sebuah buku jelek, kurang atau apapun itulah namanya. Buat saya dalam setiap buku pasti ada nilai estetika yang bisa di ciptakan sama si empunya buku. Ada yang jelas terlihat, ada juga perlu dengan memutar otak sedikit. Mudah-mudahan atuh ya dengan segala buku yang saya punya, bisa menambah referensi dan mengembangkan otak yang masih sangat minim dengan ide cemerlang. Hayuu atuh bikin buku. Pacar, mana katanya mau coba duet bikin buku. Ciee duet nih yee, kaya maen ucang-ucang angge, harus duet hihihi.

2 komentar:

  1. Yuk mari yuk membeli sketch book (again) dan menggoyang tuts tuts keyboard yang kaku... ^^

    BalasHapus
  2. belajar ngetik cepet tapi bener dulu atuh hihihihi..

    BalasHapus