5 Mar 2010

Bohong.

You can try closing your eyes to the things you don't want to see. But can you try closing your heart to the things you don't want to feel?



Kemarin saya bertemu dengan salah satu kerabat dari ibunya. Tercekat dan mematung sepersekian detik. Dalam hati memaki diri sendiri, kenapa saya tidak turun di tempat saya biasa turun? kenapa saya harus menyetujui ayah saya untuk membantunya membelikan sebuah ponsel? dan kenapa ketika saya sudah berlari secepat mungkin, harus berujung kembali pada satu pertemuan? apa yang harus saya lakukan? memutar badan lalu mengambil langkah seribu? atau berakting seolah-olah tidak pernah terjadi hubungan apa-apa antara saya dengan wanita dihadapan saya saat ini? hati berkata A dan tubuh saya berkata B, menyungingkan senyuman dan membuka kedua tangan saya untuk memeluk tubuhnya yang setengah gempal. Saya bohong, iya! saya bohong. Saya masih menyayanginya, bahkan saya rindu dengan kakak perempuannya yang notabene ibu dari si dia.

Benarkah saya menginginkan hilang ingatan sebagian? benarkah? jawabannya adalah tidak. Saya masih menginginkannya untuk tetap bersemayam dalam ingatan saya.

Saya memang tidak bisa mengerti dengan jalan pilihan yang di berikan Tuhan. Sepersekian tahun saya menjalaninya ternyata hanya berujung sakit dan perih. Dan menjadikannya sebuah memori basi yang enggan untuk di ingat. Kembali ke sebuah tagline yang menjadi-terdengar-basi.."pasti ada hikmah yang bisa dipetik dalam setiap kejadian"..sudah pasti, dan saya sudah bisa mengambil hikmahnya.

Jika saja setiap manusia di beri kebebasan untuk bisa menentukan takdirnya sendiri dalam hidup, pasti Tuhan saat ini sedang memesan secangkir Latte di salah satu coffee shop Jakarta sambil bloging dan browsing. Karena sepertinya jelas Dia tidak perlu bekerja dan bersusah payah membuat sebuah lay out untuk masing-masing individu. .."Aah biarlah mereka semua membuat sebuah track dalam hidupnya masing-masing, saya mau kongkow dulu ya".. *bathin Tuhan*..andai itu bisa terjadi, sepertinya saya tetap memilih jalan seperti yang sekarang saya pilih. Sakit tapi kemudian mendapati diri dengan kebahagian berlimpah. GOD is listening, saya percaya dan belajar mensyukurinya.

Pertemuan kami sore itu berlanjut dengan perbincangan panjang yang membuat saya bersyukur dengan apa yang saya punya saat ini. Hubungan dengan kekasih, keluarga dan sahabat yang tidak pernah berhenti memberi support untuk semua hal dalam hidup saya, dan mendapati diri menjadi lebih kuat. Dalam hati secara tidak sengaja, terlontar sebuah doa untuknya. Mudah-mudahan yang terbaik untuk sesuatu yang telah di pilihnya. Saya mengakui bahwa masih ada guratan kecewa, tapi entah tiba-tiba saya juga ingin melihatnya bahagia atas apa yang sudah dia pilih saat ini.
Apakah dengan begini saya sudah memahami dan menjalani arti ikhlas dalam kehidupan yang sedang saya lakoni saat ini? entah, saya hanya mencoba mengikuti kata hati. Seperti layaknya dua insan yang sedang berdiskusi, dia mengatakan bahwa sudah waktunya bagi saya untuk melepas rasa yang selama ini terus menggerogoti bathin. Tidak ada jawaban yang terlontar, hanya seulas senyum yang tersirat dari mulut lebar ini.



.."Everybody deserves to be happy, even the person who has hurt your feelings,
the best revenge is living well" -anonymous-





1 komentar: